Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar
permasalahan kemiskinan. Jadi aspek demografis mempunyai kaitan erat dengan
masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini. Daerah miskin
sering ditinggalkan penduduknya untuk bermigrasi ke tempat lain dengan alasan
mencari kerja.
Banyak ide dan teori yang sudah dipaparkan
cendekiawan-cendekiawan terdahulu mengenai hubungan antara pertumbuhan penduduk
dan kemiskinan. Salah satunya adalah Malthus. Malthus meyakini jika pertumbuhan
penduduk tidak dikendalikan maka suatu saat nanti sumber daya alam akan habis.
Sehingga muncul wabah penyakit, kelaparan, dan berbagai macam penderitaan
manusia.
Philip Hauser menganggap kemiskinan tercipta dari tidak
optimalnya tenaga kerja dalam bekerja dikarenakan adanya ketidakcocokan antara
pendidikan dan pekerjaan yang ditekuni. Hal ini disebabkan oleh tingginya
jumlah penduduk yang masuk ke pasar kerja sehingga memaksa pencari kerja untuk
mendapatkan pekerjaan secepat-cepatnya walaupun tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya akibat ketatnya persaingan dalam mencari kerja.
Kedua pemaparan ahli tersebut bermuara ke satu arah yakni jumlah
penduduk yang besar sebagai penyebab timbulnya kemiskinan, Tinggi rendahnya
jumlah penduduk dipengaruhi oleh proses demografi yakni; kelahiran, kematian,
dan migrasi. Tingkat kelahiran yang tinggi sudah barang tentu akan meningkatkan
tingkat pertumbuhan penduduk. Namun demikian, tingkat kelahiran yang tinggi di
Indonesia kebanyakan berasal dari kategori penduduk golongan miskin.
Sampai-sampai ada idiom yang menyebutkan bahwa ''tidak ada yang bertambah dari
keluarga miskin kecuali anak''.
Selain meningkatkan beban tanggungan keluarga, anak yang tinggal
di keluarga miskin sangat terancam kondisi kesehatannya akibat buruknya kondisi
lingkungan tempat tinggal dan ketidakmampuan keluarga untuk mengakses sarana
kesehatan jika anak mengalami sakit. Hal yang sama juga dialami ibu hamil dari
keluarga miskin. Buruknya gizi yang diperoleh semasa kehamilan memperbesar
resiko bayi yang dilahirkan tidak lahir normal maupun ancaman kematian ibu saat
persalinan. Maka dari itu infant mortality rate (tingkat kematian bayi) dan
maternal mortality rate (tingkat kematian ibu) di golongan keluarga miskin
cukup besar. Tingkat kematian merupakan indikator baik atau buruknya layanan
kesehatan di suatu negara. Tingkat kematian penduduk di negara berkembang,
termasuk Indonesia, masih didominasi golongan penduduk miskin.
Masalah migrasi juga memicu pertambahan penduduk secara
regional. Salah satu contohnya adalah kasus Pulau Jawa. Pulau Jawa luasnya
hanya 7 persen dari total luas wilayah nasional namun penduduk yang berdiam di
Jawa adalah 60 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Kesenjangan antar
pulau ini menyebabkan munculnya kemiskinan baik di pulau-pulau luar yang tidak
berkembang maupun di Pulau Jawa sebagai akibat ketidakmampuan mayoritas
penduduk mendatang maupun lokal yang kalah bersaing dalam mendapatkan
penghidupan yang layak.
Kesimpulannya adalah bahwa pertumbuhan
penduduk berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan
tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas,
morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah
tangga akan membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat
mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang tepat sasaran.
Dampak Negatif
Pertumbuhan Penduduk Lainnya:
- Lahan tempat tinggal dan bercocok tanam berkurang
- semakin banyaknya polusi dan limbah yang berasal dari rumah tangga, pabrik, perusahaan, industri, peternakan, dll
- Angka pengangguran meningkat
- Angka kesehatan masyarakat menurun
- Angka kemiskinan meningkat
- Pembangunan daerah semakin dituntut banyak
- Ketersediaan pangan sulit
- Pemerintah harus membuat kebijakan yang rumit
- Angka kecukupan gizi memburuk
- Muncul wanah penyakit baru
Cara-cara yang dapat
dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk :
- Penambahan dan penciptaan lapangan kerja dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
- Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan. Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
- Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki
kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat
tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang
tersedia.
- Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan
tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan
swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.
Hal-hal yang perlu
dilakukan untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk :
- Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.
- Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
YULIANA DERMAWAN PUTRI
27212937
1EB18
TUGAS INDIVIDU